Selasa, 23 September 2014

Mencari Jati Diri


Surat Al Fatihah ayat 4 ( Mencari jati diri )


( 4 ) MALIKI YAUMIDDIN

“   Raja dihari kemudian,  Yakni Raja dihari kiamat
                    
     Ialah Memerintahkan dengan keputusannya akan sekalian umat manusia,  segolongan di tetapak didalam api neraka serta kekal didalam nya, segolongan lagi ditetapkan didalam syurga serta kekal didalam nya, menurut amal perbuatannya masing masing selam masih hidup di dunia
 
     Bila perbuatan mereka buruk melanggar aturan aturan agama, maupun melanggar aturan aturan negara, seperti Melakukan tindak tindak kejahatan,  Membunuh, Mengkhianati, mencuri, berzinah, Berjudi dsb,  Maka mereka itu berada dalam adzab nya masing masing, karena selagi mereka hidup di dumia selalu menurutkan hawa nafsu nya yang jahat lagi buruk
    
     Demikian juga sebaliknya jika amal perbuatannya selagi hidup di dunia Ta’at dan patuh pada perintah Agama tidak melanggar akan Syahadat dengan “ Bermusyahadah “ ( Penyaksian akan Allah ta’ala)

     Yang kedua Sholat dan pendirinya  ( mendirikan sholat )  yakni  :
Dalam hal sholat ( sembahyang ) ini kebanyak manusia hanya menggampangkan nya saja,   padahal semua amal perbuatan itu harus disertai dengan ilmunya, karena tanpa ilmu, semua amal perbuatan maka akan ditolak dan tidak ada artinya  ( sia sia )

     Adapun mengenai tentang Sholat ini ( sembahnyang ) ini kita harus mengetahui dan menyakini nya secara benar

·         Apakah Hakekat nya Sholat ( Sembahyang )
·         Siapakah yang menyembahnya, atau melakukan sholat itu
·         Siapakah yang disembahnya
·         Apakah yang dipersembahkannya
·         Siapakah yang menerima Sembahnya,...............*)

     Cari dan tuntutlah ilmu sholat itu yang sesuai dengan keterangan keterangan yang termaktub dalam Alqur’an dan  hadits,  Yaitu kembali kepada Allah dan Rasul nya

Dalam hal ini karena Rasululloh telah memberikan kepercayaan kepada Auliya Auliya nya, kepada para Ulama yang sebenar nya, Maka carilah ilmu itu kepada beliau beliau yaitu ILMU MA’RIFAT ( dengan jalan Ma’rifat )  agar benar benar kita mengetahui akan sholat itu sendiri dan tidak ada keraguan lagi ( syak wasangka ) dalam mengamalkannya, karena akan dipetanggung jawabkan semuanya dihadapan Allah SWT yaitu mengenai urusan dunia dan akherat nya, demikian juga halnya pada rukun rukun islam, yaitu  mengamalkan Puasa, Menunaikan Dzakat. Dan Naik Haji........dll



To be Continue.................( Iyya kana’budu Waiyya kanasta’in )



Penyusun.....*)

Senin, 22 September 2014





Surat Al Fatihah Ayat ke 3 ( Mencari Jati Diri )


ARROHMA NIRRROHIIM  ( Tingkatan Iman )


     Ada pun penyempurnaan iman kepada  Allah ta’ala  adalah Ma’rifat   ( mengenal ) kepada nya yakni mengenal akan sifat Allah ta’ala itu sendiri

Tingkatan Iman terbagi menjadi 3 bagian :

1.      IMAN BIL KHABARI ( kabar )

Tingkatan iman ini yaitu percaya kepada Allah ta’ala dari kabar yang disampaikan dan ini terjadi sampai saat ini, , setelah mendengar bahwa Allah itu ada, Maka mereka langsung percaya bahwa Allah itu Ada serta wajib adanya, karena ada mahluk tentu ada khalik,  Sangat lah disesalkan pada mereka yang mengaku beragama tapi tidak mau menggunakan akal pikiran yang sempurna, karena jika sampaikan kalau Allah itu Ada.......
Maka bagi mereka hendak nya tentu harus menuntut ilmu nya yaitu ILMU MA’RIFAT
Ma’rifat yaitu mengenal adanya Allah, agar Syah bagi mereka mengatakan Adanya Allah ta’ala, tidak menjadi Syak wasangka ( ragu ) lagi,  karena telah menyaksikan ( Musyahadah ) dengan menuntut ilmu Ma’rifat tersebut

Ada pun rukun Syahadat itu sendiri ada 4 perkara yaitu :

a. Menetapkan Dzatnya Allah Ta’ala
b. Menetapkan Sifatnya Allah Ta’ala
c.  Menetapkan Asma'nya Allah Ta’ala
d.  Menetapkan Af’alnya Allah Ta’ala

Tidak mungkin ada asma' nya saja bila tidak ada sifat nya yakni tidak mungkin ada nama bila tidak ada warna

sebagai contoh... :
kita tidak mungkin mengatakan merah bila tidak ada warna merah itu sendiri

Demikian juga dengan Allah Ta’ala

Tidak mungkin ada Af’al nya kalau tidak ada Asmanya
Tidak mungkin ada Asma'nya kalau tidak ada sifat nya
Tidak mungkin ada  Sifatnya kalau tidak ada Dzatnya

Hal yang demikian baru dapat kita pecahkan dengan akal pikiran yang sempurna, seperti sabda Nabi Muhammad SAW :

ATTAFAKKARU SA’ATAN KHOIRUM MIN ‘IBADATI SAB’IINA SANATAN

“ Berpikir sejenak ( untuk mempelajari ilmu ) lebih baik dari pada ibadah 70 tahun “

Oleh karena itu dalam mempelajari Alqur’an dan Hadits jangan hanya sekedar dibaca saja, tapi harus dipikirkan dan harus dan harus mengetahui sert faham terhadap isi dan petunjuk dari kalimat ayat Qur’an dan Hadits tersebut
Dan jika hanya membaca Alqur’an atau hadits saja tanpa memahami, mengerti arti dan maksud nya, maka mereka tergolong umat manusia yang tingkat keimanan nya baru mencapai IMAN BIL KHABAR  : yaitu beriman ( percaya) Adanya Allah hanya sekedar ikut ikutan saja, dan baru hanya percaya pada khabar...( katanya )


2 . IMAN BIDDALAIL

Yaitu  :  Percaya adanya Allah Ta’ala itu menurut petunjuk petunjuk dalil dalil ( bukti ) yang termaktub dalam ayat ayat Qur’an, bahwa Allah ta’ala perbuatannya ........
seperti firman nya :

“ Allah itu Cahaya, telah menjadikan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi serta isi keduanya “

Dalam hal ini mereka hanya percaya bahwa kalau ada perbuatan nya maka sudah tentu ada pula yang membuatnya, mereka hanya sampai disitu tidak mau mengenal lebih jauh lagi, yaitu ma’rifat ( mengenal ) kepada Allah yang telah menciptakan langit bumi serta isi nya tersebut

Allah berfirman dalam Al Qur’an.....:

WALLAHU BIKULLI SAYYIN MUHIT

“ Allah meliputi segala sesuatu “

WALILLAHIL MASYRIQI WAL MAGHRIBU FAA  INNAMA TUWALLU FATSAMMA WAJHULLAH

“ Dan Allah jualah dari masyriq hingga maghrib, Maka dimana pun kamu menghadap, adalah wujud Allah “

 WA HUWA MA’AKUM ‘INNAMA KUNTUM

“ Dan Allah itu beserta kamu, dimana pun kamu berada “

WA NAHNU AQROBU ILAIHI MIN HABLIL WARID

“ Dan aku terlebih dekat dengan manusia bahkan tiada antara lagi, sedangkan urat leher”  

Dengan adanya ayat ayat ini, Maka bagi umat manusia yang belum dapat mengetahui ilmunya maka sangatlah sulit bagi mereka untuk dapat memisahkan antara Allah dengan manusia

Sebagai contoh :

Air kopi,  air dengan kopi telah menjadi satu,  air yang bening diibaratkan Allah,  dan kopi diibaratkan manusia,  oleh karena itu kita harus mengetahui dahuli air yang bening itu sebelum dicampur dengan kopi,  dan begitu pula harus mengetahui kopi itu sendiri sebelum dicampur dengan air yang bening tadi.
Demikian juga untuk mengetahui Allah Ta’ala harus dapat memisahkan dahulua antara Allah dengan manusia, yaitu dengan cara ada nya yang dinamakan Mati

Sabda Nabi Muhammad SAW  :

MUTUU QOBLAL ANTAL MAUTU

“ Matikan oleh kamu akan diri kamu sebelum kamu mati ( yang sebenarnya ) “


Allah itu Maha Pemurah lagi Maha Penyayang akan sekalian mahluk nya terutama akan sekalian umat manusia, Maka atas kemurahannya Allah tersebut jika kita memang bersungguh sungguh menuntut ilmu nya niscaya dikabulkan oleh Allah SWT
UD’UNII ASTAJIB LAKUM

“ Mintalah kamu kepada ku, Niscaya aku perkenankan “

Demikianlah keterangan mengenai Iman Biddalail tersebut.




. IMAN BI MUSYAHADAH


Yakni  :  Percaya adanya Allah Ta’ala dengan penyaksian nya sendiri, dapat dilihat oleh mata hatinya, dengan awas nya rasa yang suci

Dalam Hadits Qudsi  :

QOLBUL MU’MINIINA KAL MIROTIN IDZA NADZHORI BIHI TAJALLA ROBBAHU

“ Hati sekalian mukmin itu seperti cermin, tatkala melihat mu’min kepada hati mu’min maka nampak lah Tuhannya “

Seperti Hadits nabi   :

RU’YATULLOH TA’ALA FID FUNYA BI ‘AINIL QOLBI

“ Melihat Allah ta’ala didunia dengan Mata Hati ( Awas nya Hati )

Tingkatan Iman yang ketiga ini Adalah tingkatan Anbiya ( para Nabi ) Allah pada umum nya dan khusus adalah Nabi kita Muhammad SAW, dan Iman nya para Auliya, Serta Iman nya para penganut Ahli Toriqoh nya para Auliya


Jadi Ilmu Ma’rifat kepada Allah ta’ala bukan hanya untuk para Nabi saja, bukan hanya untuk para auliya Allah saja, tapi kepada seluruh umat manusia ( Hambanya Allah Dan Umat nya Rosululloh SAW ),   Dari karena itu selagi hayat dikandung badan marilah kita cari ilmu nya ( Ilmu Ma’rifat / mengenal Allah ) dan carilah penunjuk / pembimbing nya....yang dapat menuntun kita kehadirat Allah SWT...........................*)


To be Continue..............(....Maliki Yaumiddin )


 ..............*) Penyusun


Kamis, 18 September 2014

Mencari Jati Diri




Surat Al Fatihah Ayat ke 2  ( Mencari jati diri )


ARROHMAN  NIRROHIIM

    “ Adalah bagi Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang “

      Adapun maha Pengasih atau kemurahan nya Allah ta’ala diatas permukaan bumi ini  Yaitu dialam dunia kepada sekalian mahluk nya sehingga atas sekecil kecil akan mahluk nya , baik itu manusia, hewan ,  kita bisa hidup bergerak itu nyata dari bukti kemurahan nya Allah Ta’ala yang telah menjadikan tujuh lapis langit dan bumi serta isi nya, disediakan didalamnya berbagai penghidupan untuk kemajuan manusia, karena dari seluruh mahluk nya Hanya Umat manusia lah yang diberikan kekuasaan penuh, yakni bagi manusia hanya tinggal melaksanakan nya  untuk mengolah, segala apa yang disediakan oleh Allah ta’ala diatas dunia ini dengan ilmu pengetahuan

     Oleh karena itu manusia harus banyak memuji syukur atas kemurahan Allah Ta’ala, baik dalam keadaan senang maupun susah,  baik dalam keadaan sehat maupun sakit harus banyak memuji Allah SWT,  Seperti dalam firman nya :

“LA INSYAKARTUM LA AZIDAN NAKUM WALA IN KAFARTUM INNA ADZABII LA SYADID”

“ Bila kamu banyak bersyukur maka akan aku tambah bagi kamu ni’matku, dan jika kamu kufur akan ni’mat ku sesungguhnya Siksa ku amat pedih “

     Adapun kesenangan itu bukan nya karena banyak harta benda, atau kaya raya, tetapi kesenangan itu diberi kesehatan jasmani dan rohani, senang hati, luas pikiran,
Maka barang siapa yang teguh iman nya kepada tuhan tidak sekali kali akan gelisah hatinya, tidak akan menyesal tatkala menjalani kesulitan ataupun kesusahan, walaupun semua itu ditempuh dalam waktu yang lama dan panjang, tapi mereka tetap memuji syukur kepada Allah, karena pada hakekat nya senang maupun susah, sehat ataupun sakit itu semua adalah Ujian dari Allah ta’ala

     Dan Hal yang lebih penting lagi ialah mengenai harta benda yang merupakan titipan / Amanat dari Allah Ta’ala, semua itu karena kemurahan nya Allah Ta’ala tatkala kita di dunia ini, oleh karena itu hendaklah jangan lupa untuk membagikan nya kepada para fakir miskin, anak anak yatim dan mereka mereka yang berhak menerima nya, karena semua harta benda yang kita miliki didalam nya terdapat hak hak mereka, kita berikan kepada mereka tanpa harus mengharapkan imbalan dan pujian apapun dari mereka yang kita beri atau tolong, karena semua apa yang kita miliki itu hakikat nya amanat / titipan dari Allah Ta’ala

Hanya Allah Ta’ala yang berhak membalas semua atas amal perbuatan manusia, amal perbuatan dan niat yang baik tentu mendapat kebaikan pula, begitu sebalik nya, amal perbuatan buruk maka keburukan pula yang dia dapatkan

“ INNALLAHA LAA TUKHLIFUL MII’AD”

“Sesungguh nya Allah Ta’ala tidak akan ingkar janji”

     Adapun maha Penyayang nya Allah Ta’ala ialah diakherat kelak yakni dialam yang kekal, khususnya bagi umat manusia yang beriman kepada Allah Ta’ala, yakni mereka yang  telah Ma’rifat ( mengenal ) kepadanya dimasa hidup nya didunia, karena bagi mereka umat manusia yang beriman dan ma’rifat kepada Allah ta’ala, mereka bukanlah mati , melainkan pindah  dari alam dunia kealam kekal,  Sabda Rasululloh SAW  ;

“ AL MU’MINUUNA LAA YAMUUTUU BAL YAN TAQILUN ”

“ Adapun Orang orang yang beriman itu bukanlah Mati, melainkan mereka itu pindah sesuatu tempat yang lebih suci “

Buat mereka yang benar keimanan nya tidak akan gentar menghadapi kematian, justru sebaliknya Suka cita hati mereka karena disegerakan pindah ketempat yang lebih suci

     Karena memang didunia ini dijadikan oleh Allah ta’ala suatu tempat untuk hal berbagai macam percobaan, untuk dapat diuji kebenaran nya,  Sampai dimana batas kesabaran nya umat manusi itu, jadi semua umat manusia didunia ini tidak ada yang terlepas dari ujian dan percobaan Allah ta’ala, baik ujian dengan kesenangan maupun dengan kesusahan. Semua itu ujuian dan percobaan dari Allah ta’ala, 

Maka sungguh sangat keliru jika umat manusia berharap selesai dari segala kepusingan dan kerepotan urusan dunia,  Maka tidak ada jalan lain bagi umat manusia kecuali dengan Kesabaran dan keredlhoan ( keikhlasann ) yang dapat menyelamatkan nya dari segala kepusingan, kerepotan dan kerumitan dunia dari dirinya.

“WASTA’INU BISSHOBRI “
           
“ Mintalah kamu sekalian kepada Allah dengan penuh kesabaran “

     Dan bagi umat manusia yang benar Keimanannya dan Ma’rifat ( mengenal) nya kepada Allah SWT, akan tebuka mata hati nya, tidak ada kerepotan, kepusingan, dam kerumitan urusan dunia dalam diri nya

Sesungguhnya barang siapa yang menyerahkan diri dan segala sesuatu nya hanya kepada Allah SWT, tawakkal dan berlindung kepadanya,  maka pasti Allah akan penuhi segala kebutuhan nya, dimudahkan segala kesulitan nya

     Begitu pula sebaliknya jika kita tidak benar Keimanannya dan salah Ma’rifat (mengenal) Nya,  maka sudah barang tentu kerepotan, kepusingan dan kerumitan segala macam urusan dunia agak tertimpa kepada kita, hidup kita akan selalu diliputi kegelisahan dan ketidak nyamanan
Maka dari itu yang wajib pertama bagi kita umat manusia  adalah    Ma’rifat    ( mengenal ) Allah SWT secara benar, agar kehidupan kita dapat dapat mencapai kebahagian dialam dunia dan akherat, Seperti dikatakan didalam kitab zubad

“ AWWALU WAJIBIN ‘ALAL INSANI MA;RIFATUL ILAHI BIL ISTIQONI”

“ Pertama tama Wajib bagi manusia itu Mengenal Allah Ta’la dengan Yaqin ( sebenar benar nya ) “

Karena memang Allah ta’ala tempat sebenar benar nya kita kembali, Ya’ni memang sebenarnya Asal muasal kita dari Allah, dan sudah sepatutnya kita umat manusia harus kembali kepada Allah SWT
Dan bagaimana mungkin kita bisa kembali ketempat asal muasal kita kelak kalau dialam dunia ini semasa hidup kita saja, kita belum mengenal Nya.

     Coba kita telusuri kalau kita semua merasa berasal dari Allah....., sudah berapa alamkah yang kita lalui sampai sekarang ini, sampai kita ada dialam dunia ini
Mari coba sama sama kita telusuri, kita rasakan, ...Agar semua dapat memahami dan percaya serta merasakan, bahwa kita berasal dari Allah ta’ala.....
Akan kita terangkan  ; Bahwa kita semua ini berasal dari Ibu kita, 
Ibu berasal dari Nenek...
Nenek berasal dari Buyut........
Buyut berasal dari Canggah......
Canggah berasal dari Wareng .....
Wareng berasal dari udhek udhek........
Udhek udhek berasal dari Gantung Siwur........????   
terus dan terus menerus hingga sampai kepada Ibunda HAWA

Kemudian Ibunda HAWA berasal dari mana...???

Menurut  keterangan beberapa hadits bahwa  Hawa  berasal dari Nabi Adam,.....
Dan adapun Adam berasal dari pada Saripati  Tanah...Api...Air,,,Angin........
Ada pun  Tanah, Api, Air, Angin..... berasal dari pada Nur Muhammad..............
Nur Muhammad yakni cahaya yang 4 warna..............

Adapun hakikat cahaya cahaya  itu ialah    :

Cahaya         Merah        Hakikatnya......Apinya
Cahaya         Kuning       Hakikatnya.......Angin
Cahaya         Putih          Hakikatnya.......Air
Cahaya         Hitam         Hakikatnya......Tanah

Dan menurut keterangan Hadits Nabi Muhammad  cahaya cahaya tersebut / Nur Muhammad  itu asal nya dari pada cahanya yang Maha Suci ialah yang dinamakan Johar Awal......

     Cahaya tersebut diatas Adalah Asmanya DZAT LAISA KAMISLIHI SYAI’UN yaitu Dzat yang maha suci yaitu JOHAR AWAL ........*) Tempat kembali  nya umat manusia, Apabila manusia telah mengenal dimasa hidup nya didunia ( Cahaya yang terang benderang / Johar Awal ), maka jadi jelaslah bahwa , mengenal akan Allah ta’ala bukan wajib nya hanya kepada umat islam saja, tetapi bagi seluruh umat manusia di dunia ini...krn akan mempertanggung jawabkan segala sesuatu nya di Dunia dan di Akherat kelak

     Adapun  penyempurnaan Iman kepada Allah Ta’ala itu adalah  Ma’rifat   ( Mengenal ) nya yakni mengenal akan sifat Allah ta’ala itu sendiri

Adapun tingkatan Iman seseorang itu terbagi menjadi 3 yaitu, :..............




To be Continue..................Tingkatan Iman



*) Penyusun

Minggu, 07 September 2014

Surat Al Fatihah ( Mencari Jati Diri )



Surat  Al  Fatihah

Bismillahirrahmanirrahim

(2) Alham dulillahi Robbil ‘Alamiin  ( Segala puji bagi Allah seru sekalian Alam )
      Saudaraku diatas telah disebutkan bahwasanya segala puji bagi Allah seru sekalian alam, karena itulah umat manusia tidak berhaq untuk dipuji juga tidak ada hak untuk memuji,  jadi yang berhak dipuji dan memuji hanyalah  Allah SWT

     Memang pada umumnya manusia diatas permukaan bumi ini gemar sekali terhadap apa yang dinamakan puji memuji itu,  tetapi banyak mereka yang tidak sadar akan perubahan yang terjadi pada diri nya itu,  karena puji pujian tadi mereka merasa bangga, merasa lebih pintar dari orang lain, lebih berani dan sebagainya menurut pujian pujian yang mereka terima atau dengar.

      Karena pada hakikat nya adalah apabila kita memuji kepada seseorang atau satu kaum maka orang itu atau kaum itu bukannya mendapatkan yang baik, tapi sebaliknya mereka pada hakikat nya mendapatkan racun dan sebaliknyapun yang terjadi pada diri kita, apabila dipuji atau mendapatkan pujian dari sesama manusia,
Disini kami hanya memberikan pandangan pandangan untuk kita semua semoga Allah SWT melindungi, menjauhi dan dihindari dari segala puji pujian, aamiin

      Mudah mudahan dengan hikmah tafsiran Alfatihah ini kita sama sama mendapatkan hidayah dan taufiq dari Allah SWT, untuk tidak memberikan / mengobral pujian terhadap sesama manusia, seperti ada satu hadist dari Darul Husni  :
AHIISU FI AFWAMIL MADDA KHUYYITA TUROB

( Hamburkanlah olehmu pasir kepada mulut mulut orang orang yang suka memuji orang )


      Pandangan dari kami dalam hal ini “ bagi umat manusia lebih baik dihina dari pada dipuji, karena dihinanya diri, kita anggap sebagai pupuk alam”
Sebagai  perumpamaan ialah pohon buah buahan apabila ia banyak mendapatkan pupuk maka hasil nya bertambah baik, pohon nya tambah subur dan seterusnya

      Bagi umat manusia pun kami rasa demikian, barang siapa yang ingin atau gemar dipuji puji atau sangat mengharapkan pujian daripada sesama umat manusia maka mereka itu termasuk orang orang yang sangat merugi, yakni bilamana mereka itu bodoh,  tetap ada didalam kebodohannya, Dan bilamana mereka itu susah maka tetaplah mereka itu didalam kesusahannya, itu semua akibat pujian pujian tadi, yang telah menjadikan mereka bangga terhadap dirinya sendiri sehingga kalau mereka hendak bertanya pada seseorang maka mereka merasa malu dan merasa hina dirinya, karena itu dia tidak dapat lagi berbuat apa apa.

      Dalam hal ini banyak sekali contoh contoh yang berjalan dan telah lalu akibat dari pujian itu sendiri, pada suatu orang yang gemar dipuji mendapatkan kemiskinan dan kekurangan, ia malu untuk minta pertolongan

      Banyak pemimpin negara kiat yang ambruk, gugur, dan hilang kewibawaannya karena pujian pujian dari bawahannya
Fir’aun pada zaman nabi Musa AS, juga hancur karena gemar dan senang akan pujian hingga ia lupa akan Tuhan yang maha Esa. Oleh karena itu marilah kita ambil hikmah dari kejadian kejadian diatas agar kita tidak terbuai oleh adanya pujian pujian itu

     Dengan kita mengambil hikmah dari pada kejadian yang telah lalu maka secara langsung atau tidak langsung kita telah mendapatkan suatu Ilmu, yaitu ilmu : kita telah mendapat pelajaran dan pengetahuan, mudah mudahan dorongan pengetahuan tersebut barulah kita dapat mengamalkan ilmu tersebut, karena bilamana sudah datang satu ilmu pada suatu umat / suatu kaum, dan ia tidak mengamalkannya ( padahal mereka mengetahui nya ),  maka adzab Allah sangat dekat kepada mereka, seperti maqalah Ibnu Ruslan :

FA ‘ALIMUN  BI’ILMIHI  LAM YU’MALAN  MUADZABUN  MIN  QOBLI ‘UBADIL  WASAN

Artinya :
“Maka orang orang alim ( orang yang telah mengetahui ) tidak diamalkan atas pengetahuan nya itu, maka disiksa akan mereka itu lebih dahulu dari pada orang orang kafir yang menyembah berhala “

Dan tidak manfaat ilmu melainkan dengan amal, adan amal tidak syah melainkan dengan ilmu
Firman Allah SWT :

WATTAQULLAHA  WAYU’ALIMUKUMULLAHU

“ Dan Takutlah kamu akan Allah ta’ala, dan amalkanlah ( kerjakanlah) oleh kamu akan segala perintahnya


     Asah, Asih, Asuh adalah 3 ilmu yang wajib diamalkan bagi umat manusia yang beragama islam khususnya dan yang beragama lain pada umumnya, Agar kita sebagai umat manusia dapat memperoleh : keselamatan, ketenangan, ketentraman, dan kesejahteraan ( Repah. Rapih )


Pembagian Pujian ada 4 tingkatan 

1. Puji Hadist bagi Hadist  ( puji Bahru atas Bahru ) :

Seperti saudara membaca ayat kalimat Alqur’an : mengucapkan bahru, sedangkan tulisannya bahru yang dibuat oleh manusia

2. Puji Hadist bagi Qodim ( Puji yang bahru atas yang qodim )

Seperti yang lazim memuji Allah SWT atas kebesaran nya, Atas kemurahan nya tuhan dan sebagainya, maka puji ini adalah yang lazim diamalkan oleh sekalian ahli fiqih ( ahli Syari’at)

3. Puji Qodim bagi Qodim ( puji yang Qodim atas yang Qodim )

Ialah puji Allah ta’ala memuji Allah ta’ala, maka puji tingkat ketiga inilah amalan umat manusia yang telah mendapatkan ilmunya para wali waliallah karena selain para Nabi  yang telah ma’rifat

4. Puji Qodim bagi Hadist ( puji Qodim atas yang Bahru )

Ialah puji Allah ta’ala atas yang bahru, yakni bilamana Allah tuhan seru sekalian alam kepada Hamba hambnya yang bertaqwa,
Dan bila mana Allah SWT telah menunjukkan atau memperlihatkan sifat nya kepada yang bahru adalah suatu Cahaya yang terang benderang, yang tidak seumpama terang nya, yakni yang dinamakan JOHAR AWAL  sebagimana Allah memperlihatkan sifat nya kepada Rosululloh SAW, dan kepada para Aulia Allah serta kepada sekalian hamba hamba pilihan nya ...........*)

Ilmu inilah yang penting dicari oleh kita semua karena dengan ilmu inilah kita dapat memenuhi atas kalimat “ Inna lillahi wa inna ilahi Roji’un “
“ Sesungguh nya kita bagi Allah dan kepada NYA kita kembali “
( yakni asal nya kita dari Allah dan akan kembali kepada Allah ta’ala ....*)




To be Continue................Arrahman nirrohiim



Penyusun..............*)

Selasa, 02 September 2014

Bab Hati. ( Mencari Jati Diri )


   


                  Barang siapa yang mengenal dirinya, Maka dia akan mengenal Tuhan nya



     Setelah kita membahas lapisan lapisan kesadaran dibagian yg ke sepuluh ( Part 10 )  lalu,  Maka kita mencoba membuka  Bab Hati  serta tingkatan tingkatan nya, untuk dapat kita ambil pelajaran dan hikmah dalam perjalanan kehidupan kita, adapun bagian tingkatan hati sebagai berikut  ;

v  Hati Mati       : Hati orang orang kafir ( menyimpang ) Nafs  nya Amarah tergolong bangsa syetan

v  Hati Linyok ( Ralim )    :  Hati nya orang orang munafik, Nafs nya Lawamah ; mementingkan diri sendiri tergolong Hewaniyyah

v  Hati Sakit ( Yahya/ Gering/Sakit ) :  Hatinya orang orang Fasiq ( Mu’min Fasiq ) Nafs nya Sawiyah ; masih memperhatikan menampilan tergolong hewan +  Syetan

v  Hati Salim ( Mu’min soleh )    : Nafs nya Muthma’innah, hati nya orang orang yang sudah bisa membuka alam nasut ( Ahli ahli syareat )

v  Hati Tawajjuh ( Mu’min Sempurna )   : Nafs nya Mulhimmah, Hati nya orang orang yang berusaha berjalan menuju / mendekat kepada Allah/orang orang yang sudah bisa membuka alam Malakut

Tawajjuh ada 2 (dua) bagian  :

·         Tawajjuh Juziyyah   :  yaitu yang melihat pada segala sesuatu apa saja namun tidak terhenti atau terpengaruh oleh sesuatu yang dilihat nya tapi pandangan nya terus kepada Madlul Dzat ( Bukti adanya Dzat ) Allah SWT, yang telah menjadikan segala sesuatu tersebut

·         Tawajjuh Quliyyah  :  yaitu diibaratkan seperti kita menenggelamkan kepala kita kedalam air sungai, maka yang terlihat hanya “Air”  saja


v  Hati Mujarrod     :  Hati orang orang mu’min yang sempurna yang sudah bisa membuka Hijab Alam Jabarut yakni Ahli Hakikat, Nafs nya Rodiyah ( Bahagia selalu dalam keadaan apapun )

v  Hati Robbany     :  Hati orang orang Mu’min yang betul betul Suci dan sudah karem dalam Dzatullaoh, sudah bisa membuka Alam lahut   yaitu  Bahrul    Masjur   ( Lautan Kosong  ; Laisa kamislihi say’un )  Jelasnya lautan kosong saja, tak ada yang lain artinya hanya Dzatulloh saja yang terlihat tak ada yang lain jadi sudah karem ( Tenggelam / Melebur ) di dalam Dzatulloh.


Mereka ini adalah Ahli Ma’rifat Nafs nya Mardiyyah ( sudah tentram/ bahagia )

Jadi Nafs Mardiyyah ( Hati yang tentram / bahagia ) yaitu Hati orang orang yang sudah seimbang dalam suka dan duka, Menerima setiap keadaan ( sudah puas dengan apa yang ada ) Tetap seimbang dalam keadaan diatas maupun dibawah dan membuka diri atas segala kemungkinan.....................*)


To be Continue................
                  
 *)Penyusun