Selasa, 04 November 2014


GHOIRIL  MAGHDHUUBI  ‘ALAIHIM  WALAADDLHALL  LIIN   ( Sambungan ayat ke 7 Surah Al fatihah )


“ Bukan Orang orang yang dimurkai atas mereka itu dan bukan orang orang yang sesat “


     Dua golongan inilah yang akan menjadi isi api neraka dihari kemudian yakni Golongan yang dimurkai mereka itu adalah orang orang yang suka atau gemar pertentangan atau pertengkaran dengan sesama umat manusia, pertengkaran dan pertentangan adalah dalam segala hal, terutama urusan rumah tangga
Pertengkaran dengan tetangga :

·         Karena urusan Uang termasuk utang piutang
·         Dalam pedagangan
·         Pertanian / perkebunan
·         Perkelahian anak  Dsb

     Ada pun yang sangat dimurkai Allah adalah pertentangan dan pertengkaran mengenai soal agama, Karena agama bukan sesuatu yang harus dipertentangkan. Dan bukan untuk pertengkarkan, Agama adalah untuk perdamaian seluruh umat manusia yang sungguh sungguh mengaku beragama

     Maka dalam hal ini coba kita renungkan dengan menggunakan akal pikiran kita yang sempurna dan hindarkanlah hal semacam itu agar kita tidak termasuk kepada seburuk buruk nya umat manusia dan agar kita tidak termasuk golongan yang dimurkai oleh Allah SWT, sebagai mana didalam Hadits Bukhori  + Muslim :

“ ABGHODURR RIJAAL  ILALLOHI TA’ALA ‘ALAA  LADDALHASHIM”

Sangat Murka Allah ta’ala akan orang orang yang suka pertengkaran dengan sesama umat manusia
Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada kita semua hambanya agar selalu mengadakan perdamaian, jika masih ada pertikaian dan pertentangan diantara kita umat manusia hendaknya dimusyawarahkan secara baik baik
Hindarilah segala bentuk KEKASARAN dan KEKERASAN baik kepada sesama, maupun didalam Rumah Tangga kita
Agar kita tidak termasuk dari Golongan yang dimurkai dan tidak termasuk dari golongan yang sesat


Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiiin

              

…………*) Penyusun

Senin, 13 Oktober 2014

SHIROTHOL LLADZIINA AN’AMTA ‘ALAIHIM ( Ayat ke 7 Surah Al fatihah )

(7) SHIROTHOL  LLADZIINA AN’AMTA  ‘ALAIHIM

(Yaitu)  jalan orang orang yang telah engkau beri ni’mat kepada  mereka

     Jalan yang dimaksud adalah jalan yang telah diberikan kepada para Anbiya, kepada para Auliya serta pada sekalian umat penganutnya yang turun temurun dari paran nabi dan rasul, Terutama dari Nabi Muhammad SAW, kepada mereka yang telah mendapat petunjuk akan perbuatan (amal ) yang baik serta dapat menjauhkan dan menghindarkan dari pada perbuatan yang buruk

     Pada dasar nya umat manusia di abad sekarang ini tidak pernah mengalami dan mengetahui secara pasti akan tindak tanduk, serta lampah lumpuh nya para Nabi Allah, para Auliya Allah,
Tetapi walaupun demukian kita telah di perintahkan untuk mengikuti dan mengamalkan apa apa yang terkandung dalam Alqur’an dan hadits hadits ,  Maka dari sumber itulah kita semua baru dapat mengetahui bagaimana perjalanan dan sejarah para Nabi, para Auliya Allah yang terus berlanjut ( dengan kehendak Allah ) sampai kepada para wali wali Allah yang berada ( Alhamdulillah ) diturunkan ditanah jawa.

     Adapun perjalan mereka mereka yang mendapat ni’mat dari Allah adalah sebagai berikut  :
Bermula dari Syekh Abdul Qodir Jaelani, Shulthonul auliya dinegri bagdhad, berakhir pada wali yang sembilan ditanah jawa yaitu Syekh Syarif Hidayatullah putra dari MAULANA IDRIS ASGHOR,.... sedangkan MAULANA IDRIS ASGHOR  adalah keturunan ke 7 dari Nabi Muhammad SAW,   Yang dimaksud Maulana Idris Asghor disini  Beliau adalah merupakan Raja dinegri Mesir yang beristrikan DEWI RARA SANTANG putri yang terakhir dari PRABU SILIWANGI

Adapun keterangan yang jelas dari perjalanan se          jarah islam , dimana Nabi Muhammad SAW mempunyai seorang putri yang bernama Sayyidatina FATIMAH ADDZAHRO istri dari SAYYIDINA ALI Karromallohu Wajhah...dari beliau berdua mendapat Putra yang bernama SAYYIDINA HASAN......Dari Sayyidina Hasan mendapat putra yang bernama SAYYIDINA HASAN AL MUSANNA.....dari Sayyidina Hasan Al Musanna mendapat putra yang bernama SAYYIDINA ABDULLAH KAMIL....dari sayyidina Abdullah Kamil mempunyai anak yang bernama MAULANA IDRIS AKBAR......Kemudian Maulana Idris Akbar mendapat putra bernama MAULANA IDRIS ASGHOR

     Sebagaimana disebutkan diatas bahwa MAULANA IDRIS ASGHOR beristri dengan DEWI RARA SANTANG,  Dari perkawinan mereka itu mendapatkan putra kembar yaitu : SYARIF ABDULLAH dan SYARIF ARIFIN,  Mereka berdua lahir dalam keadaan yatim, karena sewaktu Dewi Rara Santang mengandung ( hamil yang ke 7 bulan ) Suaminya ( Maulana Idris Asghor ) meninggal pulang kerahmatullohketika berada dinegri syam,  Kedua putra tersebut masing masing mendapatkan tugas yakni ;
SYARIF ARIFIN Melanjutkan tahta kerajaan ayahnya dinegri mesir
Sedangankan SYARIF ABDULLAH yang terkenal ditanah jawa dengan nama SYEKH SYARIF HIDAYATULLOH  Diwilayah Cirebon Jawa barat dengan Nama SUNAN GUNUNG JATI
    
     SYEKH SYARIF HIDAYATULLOH inilah orang yang pertama memperjuangkan islam di tanah jawa yang benar benar mengikuti jejak amal perbuatan leluhurnya yaitu NABI MUHAMMAD SAW, Yang telah memperjuangkan islam tidak menggunakan kekerasan  dan tidak dengan paksaan serta dengan penuh keikhlasan hati
Dan jalan inilah yang telah dilakukan oleh para nabi nabi yang lain sebelum nabi kita Muhammad SAW, yakni dengan mengenalkan  : SILIH ASAH, SILIH ASUH dan SILIH ASIH, Dengan kesabaran Hati, Kehiliman ( Lapang dada ),  Ramah tamah, dan dengan penuh Merendahkan diri, Demikian juga sama hal nya yang telah dilakukan para Auliya di tanah jawa

     Dari susunan diatas tadi yang berakhir pada para wali, kemudian diturunkanlah kepada umat manusia sekalian, yaitu diwariskan nya ilmu jalan Ma’rifat ( Mengenal ) Allah dengan sebenar benar nya,  Ma’rifat akan Dzat , Sifat dan Af’al nya Allah SWT.

Dalam surah An Nur ayat 35

“ Allah ( Pemberi ) Cahaya (kepada ) langit dan bumi,  Perumpamaan Cahaya Allah itu adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus. Yang didalam nya ada pelita besar, Pelita itu didalam kaca ( dan ) Kaca itu seakan akan bintang ( yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkah ( yaitu  ) pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur ( sesuatu) dan juga tidak disebelah barat ( nya) yang minyak nya (saja ) hampir hampir menerangi, Walaupun tidak disentuh api, C ahaya diatas cahaya ( berlapi lapis ). Allah membimbing kepada cahayanya siapa yang dia kehendaki dan Allah memperbuat perumpamaan perumpamaan bagi manusia. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu “                                                                            


Semoga kita semua mendapat Hidayah, sehingga benar benar mendapat pembimbing yang bisa menunjukkan kita jalan untuk Ma’rifat kepada Allah SWT, aamiin





To be Continue,.....................GHOIRIL MAGDUBI ‘ALAIHIM








....................*) Penyusun

Jumat, 10 Oktober 2014

IHDINASH SHIROTHOL MUSTAQIIM ( ayat ke 6 surah Al fatihah )



( 6 ) IHDINASH SHIROTHOL MUSTAQIIM

“ Ya Allah tunjukilah kami atas jalan yang lurus “


     Banyak kita dengar dari perkataan perkataan, terutama dari guru guru, para Ulama yang mengatakan bahwa shirotol mustaqim itu diumpamakan sebagai jembatan yang sangat halus, karena kehalusan nya tadi sehingga diibaratkan bagai rambut dibelah tujuh, dan ketajamannya melebihi tajam nya pedang

     Simbol atau suluk yang demikian rupa itu, kalau dipikir dengan menggunakan akal yang sempurna maka tepat sekali yaitu apabila umat dengan patuh menjalani perintah perintah agamanya akan mengalami hal yang sama, alangkah sulit nya dan penuh tantangan dan itu dapat kita rasakan masing masing,
Jumlah jembatan yang dibelah tujuh itu adalah perumpamaan jumlah hari ada tujuh, jika kita dalam keseharian melakukan perbuatan yang melanggar ketetapan agama maka sudah tentu kita akan terpeleset dari jembatan shirotol mustaqim tersebut, yang tidak lain adalah kita akan tercebur kedalam neraka jahannam

     Adapun kenyataanmnya yang bisa kita saksikan dialam dunia ini, apabila kita melakukan perbuatan yang melanggar ketetapan yang ada, berbuat kejahatan, ataupun berbuat yang melanggar peraturan negara, sudah tentu kita akan masuk kedalam penjara kumpul bersama sama orang yang melakukan kejahatan,

     Sedangkan bagi mereka yang perbuatan nya baik dan tidak melanggar ketetapan agama,  ketetapan Allah SWT, sudah tentu mereka akan masuk kedalam syurga nya Allah di akherat kelak, syurga yang dipenuhi dengan berbagai macam keni’matan keni’matan,
Dan dialam dunia setiap saat mereka akan merasakan ketenangan hatinya, tidak akan ada lagi perasaan takut, dan gundah gulana, karena mereka berada diatas rel kebenaran dan dapat menghindar dari amal keburukan

     Di ayat sebelum nya bahwa maksud nya ialah kita sebagai umat manusia agar sebenar benar nya dalam menyembah Allah SWT,  Memohon dan meminta pertolongan kepada NYA,  Agar kita selalu diberi petunjuk kepada jalan kebenaran

     Walaupun kitadalam keadaan berdiri, ruku’, sujud,  dan dalam keadaan duduk, yang dengan maksud nya kita menyembah Allah, seta berseru mohon pertolongan kepada Allah Ta’ala, dengan membaca surah Al fatihah sebanyak 17 kali dalam sehari semalam sebanyak hitungan rakaat dalam sholat,  Kalau semua itu dilakukan hanya sebatas Lisan, tanpa Ma’rifat ( Mengenal ) Allah dengan sebenar benar nya,Tanpa berhadap hadapan secara benar nya, Maka sungguh sangat sia sia lah semua pekerjaan ( amal ) yang telah kita kerjakan,  Amal dan segala permohonan kita tidak akan diterima,   Seperti Sabda Nabi Muhammad SAW  :

WA INNAMA TAD ‘UNA  MAN  HUA  SAMI’AN, BASHIRUN  MUTTAKALLIMUN  WA HUA  MA’AKUM  AINAMA  KUNTUM

“ Dan bahwasanya yang kamu seru seru itu adalah Tuhan yang Maha mendengar, maha mendengar.  Yang berkata kata, Dan DIA selalu bersama mu dimana pun kamu berada”

     Dari Hadits inilah kita dapat mengetahui Bahwa Allah SWT,  sangat pemurah dan penyayang,  Karena kita sebagai umat manusia tidak akan dapat berbuat sesuatu,  Tanpa Maha Murah dan Maha Penyayang Allah Ta’ala kepada kita semua.


Karena kita pada dasar nya  :

·      Tidak bisa mendengar kalau tidak diberi pendengaran oleh yang maha mendengar
·      Tidak bisa melihat kalau tidak diberi penglihatan oleh yang maha melihat
·      Tidak bisa berkata kata kalau tidak diberi perkataan oleh yang maha berkata kata
·      Tidak bisa hidup kalau tidak diberi penghidupan oleh yang maha hidup
·      Tidak bisa tahu kalau tidak diberi pengetahuan oleh yang maha mengetahui...dan seterus nya

Semuanya itu tak lain adalah Allah SWT jua adanya,  Sebagaimana di telah dijelaskan didalam kitab Ushuluddin seperti  :

                  SIFAT                                              ARTINYA

v Qodrat dan Qodiran                :  Kuasa, Yang Kuasa Allah Ta’ala
v Iradat dan Muridan                 :  Berkehendak, Yang berkehendak Allah Ta’ala
v Ilmu dan Aliman                      :  Mengetahui, Yang mengetahui Allah Ta’ala
v Sama’ dan Sami’an                 :  Mendengar, Yang mendengar Allah Ta’ala
v Bashar dan Bashiran                :  Melihat, Yang melihat Allah Ta’ala
v Kalam dan Mutakalliman         :  Berkata kata, Yang berkata kata Allah Ta’ala



To be continue...........SHIROTHOL  LLADZIINA  AN’AMTA  ‘ALAIHIM



.......................*) Penyusun






Jumat, 03 Oktober 2014

WA IYYA KANAS TA ‘IIN ( Sambungan Surat Al fatihah ayat 5 )




(5) WA IYYA KANAS TA ‘IIN

Dan kepada engkaulah Ya Allah kami mohon pertolongan
                    
     Ayat ini pun tidak ada bedanya dengan keterangan keterangan ayat IYYA KANA’ BUDU.......yakni maksud nya ialah  : Bagaimana kita dapat meminta pertolongan kalau kita tidak menghadap yakni tidak ma’rifat kepada yang akan memberikan pertolongan

Dalam ayat ini pun kita bisa mengambil Contoh :

Saudara tinggal di Jakarta Sedang Bapak – Ibu tinggal di Bandung bersam sama keluarga keluarga yang lain,   Bapak ibu dibandung hidup dengan serba berkecukupan yakni tidak pernah kekurangan dengan kata lain hidup nya makmur sejahtera, sedangkan sifat nya adalah dermawan dan sosial nya sangat tinggi, Suka memberi pertolongan tanpa mengharap imbalan apapun baik moril maupun materil kepada siapa saja
Suatu saat saudara dituntut oleh kebutuhan yang sangat penting. ....Tanpa datang menghadap kepada orang tua saudara ( bapak / ibu ) yang berada dibandung, .... Saudara dijakarta....Saudara bicara serta berseru seru dengan mengatakan keperluan saudara,....Maka dengan cara demikian , tidak menghadap langsung niscaya tidak akan berhasil maksud dan tujuan saudara, Walaupun saudara minta beratus ratus kali, maka tidak akan berhasil
Lain hal nya nya saudara datanng langsung menghadap kebandung kepada bapak – ibu saudara, Mengadukan hal yang sebenarnya, maka bapak ibu saudara sudah pasti dapat mengerti akan maksud kedatangan saudara, maka tanpa harus berulang ulang saudara ucapkan maksud dan tujuan saudara, maka sudah tentu akan diberikannya

     Kejadian diatas adalah tidak bedanya dengan Hambanya yang sudah Ma’rifat. Kalau kita sudah dapat berhadapan langsung niscaya Allah SWT akan mengabulkan permintaan hambanya, karena Allah tidak pernah memungkiri janji nya

INNA LLOHA LAA TUKH LIFUL MI’AD

Allah ta’ala tidak akan mungkir janji

ARRAHMAN NIRRAHIIM

Maha pengasih lagi maha penyayang

Didalam Hadits Qudsi Allah Berfirman  :

KUNTU KANZA MAKFIAN FA HABIBTU AN’AROFA,  FA KHOLAQTUL KHOLAQO LI YA’ RIFUNII

“Adalah aku Perbendaharaan yang tersembunyi, Maka cinta kasih ku agar dikenal akan daku, maka aku jadikan mahluk supaya mengenal ia akan Daku “

Firman Allah dalam Alqur’an

UD’UNII ASTAJIB LAKUM

Mintalah kepadaku, Niscaya aku berikan
     Sesungguhnya Bagi umat yang telah beriman kepada Allah ta’ala dengan Ma’rifat yang sebenar benar nya, Maka apa yang di kehendakinya serta dikatakannya sudah tentu pasti akan terlaksana...........*)

     Oleh karena itu selama hayat masih dikandung badan, Marilah kita mencari dan menuntut ilmu Ma’rifat ( mengenal ) ...Ilmu jalan untuk mengenal Allah SWT dengan  benar, semoga kita dapat menemukan pembimbing yang menuntun kita mengenal kepada Allah SWT


“ Hai orang orang yang beriman, Bertaqwalah kepada Allah Dan Carilah jalan yang Mendekatkan diri KepadaNYA, Dan berjihadlah pada jalanNYA, Supaya kamu mendapat keberuntungan “
( Al Maidah  35 )



To be Continue............IHDINAS SHIROTHOL MUSTAQIM



Kamis, 02 Oktober 2014

mencari jati diri


Surat Al fatihah Ayat 5

(5) IYYA  KANA’ BUDU  .....

Kepada Engkaulah Ya Allah kami menyembah dan kepada Engkaulah kami mohon pertolongan


Dalam ayat ini menerangkan  :  Bahwa kita wajib menyembah hanya kepada Allah, Tapi apakah kita sudah Ma’rifat ( Mengenal ) akan Allah  Ta’ala,  Sedangkan didalam orang yang melakukan sembahyang  Harus ada dan wajib akan adanya yang disembah

Kalau seseorang menyembah tidak dengan Ma’rifat yakni, tidak menghadap kepada yang disembahn nya itu berarti tidak Syah,  Adapun pengucapan Iyya kana’budu itu tidak sempurna,  Karena belum dapat disempurnakan oleh orang yang membaca ayat itu, Karena belum Ma’rifat alkan Allah Ta’ala

Sebagai Contoh ;   Saudara Ada dikota jakarta, ingin Bertemu yakni berjumpa dengan orang tua saudara yang berada dibandung,  Apakah cukup saudara berkata  : Saya akan kebandung tuk menghadap orang tua saya,  ( tanpa bergerak menemui nya secara langsung berhadap hadapan )....ini nama nya saudara hanya baru bersyare’at ..( Berucap ) ...saudara belum berjalan ( Bertoriqoh ) tuk berjumpa dengan orang tua saudara

     Dalam hal ini Menghadap nya saudara kepada orang tua tidak syah karena hanya baru berucap  ( Syareat ) dan belum dapat  mendatangi  menghadap, berhadap hadapan dengan orang tua secara langsung dibandung

Tentuya bagimana yang sebenar nya,
Adalah kembali kepada Al Qur’an dan Hadits

·         Ati ‘ulloha wa  ‘atiurrosul
·         Afala ta’kilun

Manusia diberikan kelebihan oleh Allah SWT, yakni akal dan pikiran yang sempurna dan hendaknyalah pergunakan dengan akal pikiran tersebut untuk Hal Hal yang baik, kalau ada yang baik tentu ada yang buruknya Kalau ada yang benar tentu ada yang salah  nya, dan seterus nya

     Demikian juga mengenai penyembahan terhadap Allah SWT, tidak ada bedanya dengan kejadian diatas, yakni baru sekedar berucap tanpa menghadap langsung kepada yang akan kita temui.

Menghadap yang disembah disini tidak lain adalah Allah SWT. Dalam hal ini tidak akan tercapai maksud dan tujuan karena tidak sampai menghadap ( Ma’’rifat ) kepada sebenar benar nya yakni datang dan berhadap hadapan dengan Allah SWT.  Seperti dikatakan didalam kitab Kifayatul Gulam :

LA TASIH HUL ‘IBADAATI  ILLA  MA’RIFATI  MA’BUD

Tidak dapat syah kamu menyembah, melainkan kamu menyembah dengan Ma’rifat ( Mengenal ) akan yang disembah

Oleh karena itu segeralah kita mencari ilmu nya untuk mencapai kesempurnaan ibadah  kita yaitu ilmu Ma’rifat  ( Mengenal Allah ) dengan sebenar benarnya.................


To be Continue .............WA IYYA KA NAS  TA’IIN


Selasa, 23 September 2014

Mencari Jati Diri


Surat Al Fatihah ayat 4 ( Mencari jati diri )


( 4 ) MALIKI YAUMIDDIN

“   Raja dihari kemudian,  Yakni Raja dihari kiamat
                    
     Ialah Memerintahkan dengan keputusannya akan sekalian umat manusia,  segolongan di tetapak didalam api neraka serta kekal didalam nya, segolongan lagi ditetapkan didalam syurga serta kekal didalam nya, menurut amal perbuatannya masing masing selam masih hidup di dunia
 
     Bila perbuatan mereka buruk melanggar aturan aturan agama, maupun melanggar aturan aturan negara, seperti Melakukan tindak tindak kejahatan,  Membunuh, Mengkhianati, mencuri, berzinah, Berjudi dsb,  Maka mereka itu berada dalam adzab nya masing masing, karena selagi mereka hidup di dumia selalu menurutkan hawa nafsu nya yang jahat lagi buruk
    
     Demikian juga sebaliknya jika amal perbuatannya selagi hidup di dunia Ta’at dan patuh pada perintah Agama tidak melanggar akan Syahadat dengan “ Bermusyahadah “ ( Penyaksian akan Allah ta’ala)

     Yang kedua Sholat dan pendirinya  ( mendirikan sholat )  yakni  :
Dalam hal sholat ( sembahyang ) ini kebanyak manusia hanya menggampangkan nya saja,   padahal semua amal perbuatan itu harus disertai dengan ilmunya, karena tanpa ilmu, semua amal perbuatan maka akan ditolak dan tidak ada artinya  ( sia sia )

     Adapun mengenai tentang Sholat ini ( sembahnyang ) ini kita harus mengetahui dan menyakini nya secara benar

·         Apakah Hakekat nya Sholat ( Sembahyang )
·         Siapakah yang menyembahnya, atau melakukan sholat itu
·         Siapakah yang disembahnya
·         Apakah yang dipersembahkannya
·         Siapakah yang menerima Sembahnya,...............*)

     Cari dan tuntutlah ilmu sholat itu yang sesuai dengan keterangan keterangan yang termaktub dalam Alqur’an dan  hadits,  Yaitu kembali kepada Allah dan Rasul nya

Dalam hal ini karena Rasululloh telah memberikan kepercayaan kepada Auliya Auliya nya, kepada para Ulama yang sebenar nya, Maka carilah ilmu itu kepada beliau beliau yaitu ILMU MA’RIFAT ( dengan jalan Ma’rifat )  agar benar benar kita mengetahui akan sholat itu sendiri dan tidak ada keraguan lagi ( syak wasangka ) dalam mengamalkannya, karena akan dipetanggung jawabkan semuanya dihadapan Allah SWT yaitu mengenai urusan dunia dan akherat nya, demikian juga halnya pada rukun rukun islam, yaitu  mengamalkan Puasa, Menunaikan Dzakat. Dan Naik Haji........dll



To be Continue.................( Iyya kana’budu Waiyya kanasta’in )



Penyusun.....*)

Senin, 22 September 2014





Surat Al Fatihah Ayat ke 3 ( Mencari Jati Diri )


ARROHMA NIRRROHIIM  ( Tingkatan Iman )


     Ada pun penyempurnaan iman kepada  Allah ta’ala  adalah Ma’rifat   ( mengenal ) kepada nya yakni mengenal akan sifat Allah ta’ala itu sendiri

Tingkatan Iman terbagi menjadi 3 bagian :

1.      IMAN BIL KHABARI ( kabar )

Tingkatan iman ini yaitu percaya kepada Allah ta’ala dari kabar yang disampaikan dan ini terjadi sampai saat ini, , setelah mendengar bahwa Allah itu ada, Maka mereka langsung percaya bahwa Allah itu Ada serta wajib adanya, karena ada mahluk tentu ada khalik,  Sangat lah disesalkan pada mereka yang mengaku beragama tapi tidak mau menggunakan akal pikiran yang sempurna, karena jika sampaikan kalau Allah itu Ada.......
Maka bagi mereka hendak nya tentu harus menuntut ilmu nya yaitu ILMU MA’RIFAT
Ma’rifat yaitu mengenal adanya Allah, agar Syah bagi mereka mengatakan Adanya Allah ta’ala, tidak menjadi Syak wasangka ( ragu ) lagi,  karena telah menyaksikan ( Musyahadah ) dengan menuntut ilmu Ma’rifat tersebut

Ada pun rukun Syahadat itu sendiri ada 4 perkara yaitu :

a. Menetapkan Dzatnya Allah Ta’ala
b. Menetapkan Sifatnya Allah Ta’ala
c.  Menetapkan Asma'nya Allah Ta’ala
d.  Menetapkan Af’alnya Allah Ta’ala

Tidak mungkin ada asma' nya saja bila tidak ada sifat nya yakni tidak mungkin ada nama bila tidak ada warna

sebagai contoh... :
kita tidak mungkin mengatakan merah bila tidak ada warna merah itu sendiri

Demikian juga dengan Allah Ta’ala

Tidak mungkin ada Af’al nya kalau tidak ada Asmanya
Tidak mungkin ada Asma'nya kalau tidak ada sifat nya
Tidak mungkin ada  Sifatnya kalau tidak ada Dzatnya

Hal yang demikian baru dapat kita pecahkan dengan akal pikiran yang sempurna, seperti sabda Nabi Muhammad SAW :

ATTAFAKKARU SA’ATAN KHOIRUM MIN ‘IBADATI SAB’IINA SANATAN

“ Berpikir sejenak ( untuk mempelajari ilmu ) lebih baik dari pada ibadah 70 tahun “

Oleh karena itu dalam mempelajari Alqur’an dan Hadits jangan hanya sekedar dibaca saja, tapi harus dipikirkan dan harus dan harus mengetahui sert faham terhadap isi dan petunjuk dari kalimat ayat Qur’an dan Hadits tersebut
Dan jika hanya membaca Alqur’an atau hadits saja tanpa memahami, mengerti arti dan maksud nya, maka mereka tergolong umat manusia yang tingkat keimanan nya baru mencapai IMAN BIL KHABAR  : yaitu beriman ( percaya) Adanya Allah hanya sekedar ikut ikutan saja, dan baru hanya percaya pada khabar...( katanya )


2 . IMAN BIDDALAIL

Yaitu  :  Percaya adanya Allah Ta’ala itu menurut petunjuk petunjuk dalil dalil ( bukti ) yang termaktub dalam ayat ayat Qur’an, bahwa Allah ta’ala perbuatannya ........
seperti firman nya :

“ Allah itu Cahaya, telah menjadikan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi serta isi keduanya “

Dalam hal ini mereka hanya percaya bahwa kalau ada perbuatan nya maka sudah tentu ada pula yang membuatnya, mereka hanya sampai disitu tidak mau mengenal lebih jauh lagi, yaitu ma’rifat ( mengenal ) kepada Allah yang telah menciptakan langit bumi serta isi nya tersebut

Allah berfirman dalam Al Qur’an.....:

WALLAHU BIKULLI SAYYIN MUHIT

“ Allah meliputi segala sesuatu “

WALILLAHIL MASYRIQI WAL MAGHRIBU FAA  INNAMA TUWALLU FATSAMMA WAJHULLAH

“ Dan Allah jualah dari masyriq hingga maghrib, Maka dimana pun kamu menghadap, adalah wujud Allah “

 WA HUWA MA’AKUM ‘INNAMA KUNTUM

“ Dan Allah itu beserta kamu, dimana pun kamu berada “

WA NAHNU AQROBU ILAIHI MIN HABLIL WARID

“ Dan aku terlebih dekat dengan manusia bahkan tiada antara lagi, sedangkan urat leher”  

Dengan adanya ayat ayat ini, Maka bagi umat manusia yang belum dapat mengetahui ilmunya maka sangatlah sulit bagi mereka untuk dapat memisahkan antara Allah dengan manusia

Sebagai contoh :

Air kopi,  air dengan kopi telah menjadi satu,  air yang bening diibaratkan Allah,  dan kopi diibaratkan manusia,  oleh karena itu kita harus mengetahui dahuli air yang bening itu sebelum dicampur dengan kopi,  dan begitu pula harus mengetahui kopi itu sendiri sebelum dicampur dengan air yang bening tadi.
Demikian juga untuk mengetahui Allah Ta’ala harus dapat memisahkan dahulua antara Allah dengan manusia, yaitu dengan cara ada nya yang dinamakan Mati

Sabda Nabi Muhammad SAW  :

MUTUU QOBLAL ANTAL MAUTU

“ Matikan oleh kamu akan diri kamu sebelum kamu mati ( yang sebenarnya ) “


Allah itu Maha Pemurah lagi Maha Penyayang akan sekalian mahluk nya terutama akan sekalian umat manusia, Maka atas kemurahannya Allah tersebut jika kita memang bersungguh sungguh menuntut ilmu nya niscaya dikabulkan oleh Allah SWT
UD’UNII ASTAJIB LAKUM

“ Mintalah kamu kepada ku, Niscaya aku perkenankan “

Demikianlah keterangan mengenai Iman Biddalail tersebut.




. IMAN BI MUSYAHADAH


Yakni  :  Percaya adanya Allah Ta’ala dengan penyaksian nya sendiri, dapat dilihat oleh mata hatinya, dengan awas nya rasa yang suci

Dalam Hadits Qudsi  :

QOLBUL MU’MINIINA KAL MIROTIN IDZA NADZHORI BIHI TAJALLA ROBBAHU

“ Hati sekalian mukmin itu seperti cermin, tatkala melihat mu’min kepada hati mu’min maka nampak lah Tuhannya “

Seperti Hadits nabi   :

RU’YATULLOH TA’ALA FID FUNYA BI ‘AINIL QOLBI

“ Melihat Allah ta’ala didunia dengan Mata Hati ( Awas nya Hati )

Tingkatan Iman yang ketiga ini Adalah tingkatan Anbiya ( para Nabi ) Allah pada umum nya dan khusus adalah Nabi kita Muhammad SAW, dan Iman nya para Auliya, Serta Iman nya para penganut Ahli Toriqoh nya para Auliya


Jadi Ilmu Ma’rifat kepada Allah ta’ala bukan hanya untuk para Nabi saja, bukan hanya untuk para auliya Allah saja, tapi kepada seluruh umat manusia ( Hambanya Allah Dan Umat nya Rosululloh SAW ),   Dari karena itu selagi hayat dikandung badan marilah kita cari ilmu nya ( Ilmu Ma’rifat / mengenal Allah ) dan carilah penunjuk / pembimbing nya....yang dapat menuntun kita kehadirat Allah SWT...........................*)


To be Continue..............(....Maliki Yaumiddin )


 ..............*) Penyusun