Senin, 13 Oktober 2014

SHIROTHOL LLADZIINA AN’AMTA ‘ALAIHIM ( Ayat ke 7 Surah Al fatihah )

(7) SHIROTHOL  LLADZIINA AN’AMTA  ‘ALAIHIM

(Yaitu)  jalan orang orang yang telah engkau beri ni’mat kepada  mereka

     Jalan yang dimaksud adalah jalan yang telah diberikan kepada para Anbiya, kepada para Auliya serta pada sekalian umat penganutnya yang turun temurun dari paran nabi dan rasul, Terutama dari Nabi Muhammad SAW, kepada mereka yang telah mendapat petunjuk akan perbuatan (amal ) yang baik serta dapat menjauhkan dan menghindarkan dari pada perbuatan yang buruk

     Pada dasar nya umat manusia di abad sekarang ini tidak pernah mengalami dan mengetahui secara pasti akan tindak tanduk, serta lampah lumpuh nya para Nabi Allah, para Auliya Allah,
Tetapi walaupun demukian kita telah di perintahkan untuk mengikuti dan mengamalkan apa apa yang terkandung dalam Alqur’an dan hadits hadits ,  Maka dari sumber itulah kita semua baru dapat mengetahui bagaimana perjalanan dan sejarah para Nabi, para Auliya Allah yang terus berlanjut ( dengan kehendak Allah ) sampai kepada para wali wali Allah yang berada ( Alhamdulillah ) diturunkan ditanah jawa.

     Adapun perjalan mereka mereka yang mendapat ni’mat dari Allah adalah sebagai berikut  :
Bermula dari Syekh Abdul Qodir Jaelani, Shulthonul auliya dinegri bagdhad, berakhir pada wali yang sembilan ditanah jawa yaitu Syekh Syarif Hidayatullah putra dari MAULANA IDRIS ASGHOR,.... sedangkan MAULANA IDRIS ASGHOR  adalah keturunan ke 7 dari Nabi Muhammad SAW,   Yang dimaksud Maulana Idris Asghor disini  Beliau adalah merupakan Raja dinegri Mesir yang beristrikan DEWI RARA SANTANG putri yang terakhir dari PRABU SILIWANGI

Adapun keterangan yang jelas dari perjalanan se          jarah islam , dimana Nabi Muhammad SAW mempunyai seorang putri yang bernama Sayyidatina FATIMAH ADDZAHRO istri dari SAYYIDINA ALI Karromallohu Wajhah...dari beliau berdua mendapat Putra yang bernama SAYYIDINA HASAN......Dari Sayyidina Hasan mendapat putra yang bernama SAYYIDINA HASAN AL MUSANNA.....dari Sayyidina Hasan Al Musanna mendapat putra yang bernama SAYYIDINA ABDULLAH KAMIL....dari sayyidina Abdullah Kamil mempunyai anak yang bernama MAULANA IDRIS AKBAR......Kemudian Maulana Idris Akbar mendapat putra bernama MAULANA IDRIS ASGHOR

     Sebagaimana disebutkan diatas bahwa MAULANA IDRIS ASGHOR beristri dengan DEWI RARA SANTANG,  Dari perkawinan mereka itu mendapatkan putra kembar yaitu : SYARIF ABDULLAH dan SYARIF ARIFIN,  Mereka berdua lahir dalam keadaan yatim, karena sewaktu Dewi Rara Santang mengandung ( hamil yang ke 7 bulan ) Suaminya ( Maulana Idris Asghor ) meninggal pulang kerahmatullohketika berada dinegri syam,  Kedua putra tersebut masing masing mendapatkan tugas yakni ;
SYARIF ARIFIN Melanjutkan tahta kerajaan ayahnya dinegri mesir
Sedangankan SYARIF ABDULLAH yang terkenal ditanah jawa dengan nama SYEKH SYARIF HIDAYATULLOH  Diwilayah Cirebon Jawa barat dengan Nama SUNAN GUNUNG JATI
    
     SYEKH SYARIF HIDAYATULLOH inilah orang yang pertama memperjuangkan islam di tanah jawa yang benar benar mengikuti jejak amal perbuatan leluhurnya yaitu NABI MUHAMMAD SAW, Yang telah memperjuangkan islam tidak menggunakan kekerasan  dan tidak dengan paksaan serta dengan penuh keikhlasan hati
Dan jalan inilah yang telah dilakukan oleh para nabi nabi yang lain sebelum nabi kita Muhammad SAW, yakni dengan mengenalkan  : SILIH ASAH, SILIH ASUH dan SILIH ASIH, Dengan kesabaran Hati, Kehiliman ( Lapang dada ),  Ramah tamah, dan dengan penuh Merendahkan diri, Demikian juga sama hal nya yang telah dilakukan para Auliya di tanah jawa

     Dari susunan diatas tadi yang berakhir pada para wali, kemudian diturunkanlah kepada umat manusia sekalian, yaitu diwariskan nya ilmu jalan Ma’rifat ( Mengenal ) Allah dengan sebenar benar nya,  Ma’rifat akan Dzat , Sifat dan Af’al nya Allah SWT.

Dalam surah An Nur ayat 35

“ Allah ( Pemberi ) Cahaya (kepada ) langit dan bumi,  Perumpamaan Cahaya Allah itu adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus. Yang didalam nya ada pelita besar, Pelita itu didalam kaca ( dan ) Kaca itu seakan akan bintang ( yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkah ( yaitu  ) pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur ( sesuatu) dan juga tidak disebelah barat ( nya) yang minyak nya (saja ) hampir hampir menerangi, Walaupun tidak disentuh api, C ahaya diatas cahaya ( berlapi lapis ). Allah membimbing kepada cahayanya siapa yang dia kehendaki dan Allah memperbuat perumpamaan perumpamaan bagi manusia. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu “                                                                            


Semoga kita semua mendapat Hidayah, sehingga benar benar mendapat pembimbing yang bisa menunjukkan kita jalan untuk Ma’rifat kepada Allah SWT, aamiin





To be Continue,.....................GHOIRIL MAGDUBI ‘ALAIHIM








....................*) Penyusun

Jumat, 10 Oktober 2014

IHDINASH SHIROTHOL MUSTAQIIM ( ayat ke 6 surah Al fatihah )



( 6 ) IHDINASH SHIROTHOL MUSTAQIIM

“ Ya Allah tunjukilah kami atas jalan yang lurus “


     Banyak kita dengar dari perkataan perkataan, terutama dari guru guru, para Ulama yang mengatakan bahwa shirotol mustaqim itu diumpamakan sebagai jembatan yang sangat halus, karena kehalusan nya tadi sehingga diibaratkan bagai rambut dibelah tujuh, dan ketajamannya melebihi tajam nya pedang

     Simbol atau suluk yang demikian rupa itu, kalau dipikir dengan menggunakan akal yang sempurna maka tepat sekali yaitu apabila umat dengan patuh menjalani perintah perintah agamanya akan mengalami hal yang sama, alangkah sulit nya dan penuh tantangan dan itu dapat kita rasakan masing masing,
Jumlah jembatan yang dibelah tujuh itu adalah perumpamaan jumlah hari ada tujuh, jika kita dalam keseharian melakukan perbuatan yang melanggar ketetapan agama maka sudah tentu kita akan terpeleset dari jembatan shirotol mustaqim tersebut, yang tidak lain adalah kita akan tercebur kedalam neraka jahannam

     Adapun kenyataanmnya yang bisa kita saksikan dialam dunia ini, apabila kita melakukan perbuatan yang melanggar ketetapan yang ada, berbuat kejahatan, ataupun berbuat yang melanggar peraturan negara, sudah tentu kita akan masuk kedalam penjara kumpul bersama sama orang yang melakukan kejahatan,

     Sedangkan bagi mereka yang perbuatan nya baik dan tidak melanggar ketetapan agama,  ketetapan Allah SWT, sudah tentu mereka akan masuk kedalam syurga nya Allah di akherat kelak, syurga yang dipenuhi dengan berbagai macam keni’matan keni’matan,
Dan dialam dunia setiap saat mereka akan merasakan ketenangan hatinya, tidak akan ada lagi perasaan takut, dan gundah gulana, karena mereka berada diatas rel kebenaran dan dapat menghindar dari amal keburukan

     Di ayat sebelum nya bahwa maksud nya ialah kita sebagai umat manusia agar sebenar benar nya dalam menyembah Allah SWT,  Memohon dan meminta pertolongan kepada NYA,  Agar kita selalu diberi petunjuk kepada jalan kebenaran

     Walaupun kitadalam keadaan berdiri, ruku’, sujud,  dan dalam keadaan duduk, yang dengan maksud nya kita menyembah Allah, seta berseru mohon pertolongan kepada Allah Ta’ala, dengan membaca surah Al fatihah sebanyak 17 kali dalam sehari semalam sebanyak hitungan rakaat dalam sholat,  Kalau semua itu dilakukan hanya sebatas Lisan, tanpa Ma’rifat ( Mengenal ) Allah dengan sebenar benar nya,Tanpa berhadap hadapan secara benar nya, Maka sungguh sangat sia sia lah semua pekerjaan ( amal ) yang telah kita kerjakan,  Amal dan segala permohonan kita tidak akan diterima,   Seperti Sabda Nabi Muhammad SAW  :

WA INNAMA TAD ‘UNA  MAN  HUA  SAMI’AN, BASHIRUN  MUTTAKALLIMUN  WA HUA  MA’AKUM  AINAMA  KUNTUM

“ Dan bahwasanya yang kamu seru seru itu adalah Tuhan yang Maha mendengar, maha mendengar.  Yang berkata kata, Dan DIA selalu bersama mu dimana pun kamu berada”

     Dari Hadits inilah kita dapat mengetahui Bahwa Allah SWT,  sangat pemurah dan penyayang,  Karena kita sebagai umat manusia tidak akan dapat berbuat sesuatu,  Tanpa Maha Murah dan Maha Penyayang Allah Ta’ala kepada kita semua.


Karena kita pada dasar nya  :

·      Tidak bisa mendengar kalau tidak diberi pendengaran oleh yang maha mendengar
·      Tidak bisa melihat kalau tidak diberi penglihatan oleh yang maha melihat
·      Tidak bisa berkata kata kalau tidak diberi perkataan oleh yang maha berkata kata
·      Tidak bisa hidup kalau tidak diberi penghidupan oleh yang maha hidup
·      Tidak bisa tahu kalau tidak diberi pengetahuan oleh yang maha mengetahui...dan seterus nya

Semuanya itu tak lain adalah Allah SWT jua adanya,  Sebagaimana di telah dijelaskan didalam kitab Ushuluddin seperti  :

                  SIFAT                                              ARTINYA

v Qodrat dan Qodiran                :  Kuasa, Yang Kuasa Allah Ta’ala
v Iradat dan Muridan                 :  Berkehendak, Yang berkehendak Allah Ta’ala
v Ilmu dan Aliman                      :  Mengetahui, Yang mengetahui Allah Ta’ala
v Sama’ dan Sami’an                 :  Mendengar, Yang mendengar Allah Ta’ala
v Bashar dan Bashiran                :  Melihat, Yang melihat Allah Ta’ala
v Kalam dan Mutakalliman         :  Berkata kata, Yang berkata kata Allah Ta’ala



To be continue...........SHIROTHOL  LLADZIINA  AN’AMTA  ‘ALAIHIM



.......................*) Penyusun






Jumat, 03 Oktober 2014

WA IYYA KANAS TA ‘IIN ( Sambungan Surat Al fatihah ayat 5 )




(5) WA IYYA KANAS TA ‘IIN

Dan kepada engkaulah Ya Allah kami mohon pertolongan
                    
     Ayat ini pun tidak ada bedanya dengan keterangan keterangan ayat IYYA KANA’ BUDU.......yakni maksud nya ialah  : Bagaimana kita dapat meminta pertolongan kalau kita tidak menghadap yakni tidak ma’rifat kepada yang akan memberikan pertolongan

Dalam ayat ini pun kita bisa mengambil Contoh :

Saudara tinggal di Jakarta Sedang Bapak – Ibu tinggal di Bandung bersam sama keluarga keluarga yang lain,   Bapak ibu dibandung hidup dengan serba berkecukupan yakni tidak pernah kekurangan dengan kata lain hidup nya makmur sejahtera, sedangkan sifat nya adalah dermawan dan sosial nya sangat tinggi, Suka memberi pertolongan tanpa mengharap imbalan apapun baik moril maupun materil kepada siapa saja
Suatu saat saudara dituntut oleh kebutuhan yang sangat penting. ....Tanpa datang menghadap kepada orang tua saudara ( bapak / ibu ) yang berada dibandung, .... Saudara dijakarta....Saudara bicara serta berseru seru dengan mengatakan keperluan saudara,....Maka dengan cara demikian , tidak menghadap langsung niscaya tidak akan berhasil maksud dan tujuan saudara, Walaupun saudara minta beratus ratus kali, maka tidak akan berhasil
Lain hal nya nya saudara datanng langsung menghadap kebandung kepada bapak – ibu saudara, Mengadukan hal yang sebenarnya, maka bapak ibu saudara sudah pasti dapat mengerti akan maksud kedatangan saudara, maka tanpa harus berulang ulang saudara ucapkan maksud dan tujuan saudara, maka sudah tentu akan diberikannya

     Kejadian diatas adalah tidak bedanya dengan Hambanya yang sudah Ma’rifat. Kalau kita sudah dapat berhadapan langsung niscaya Allah SWT akan mengabulkan permintaan hambanya, karena Allah tidak pernah memungkiri janji nya

INNA LLOHA LAA TUKH LIFUL MI’AD

Allah ta’ala tidak akan mungkir janji

ARRAHMAN NIRRAHIIM

Maha pengasih lagi maha penyayang

Didalam Hadits Qudsi Allah Berfirman  :

KUNTU KANZA MAKFIAN FA HABIBTU AN’AROFA,  FA KHOLAQTUL KHOLAQO LI YA’ RIFUNII

“Adalah aku Perbendaharaan yang tersembunyi, Maka cinta kasih ku agar dikenal akan daku, maka aku jadikan mahluk supaya mengenal ia akan Daku “

Firman Allah dalam Alqur’an

UD’UNII ASTAJIB LAKUM

Mintalah kepadaku, Niscaya aku berikan
     Sesungguhnya Bagi umat yang telah beriman kepada Allah ta’ala dengan Ma’rifat yang sebenar benar nya, Maka apa yang di kehendakinya serta dikatakannya sudah tentu pasti akan terlaksana...........*)

     Oleh karena itu selama hayat masih dikandung badan, Marilah kita mencari dan menuntut ilmu Ma’rifat ( mengenal ) ...Ilmu jalan untuk mengenal Allah SWT dengan  benar, semoga kita dapat menemukan pembimbing yang menuntun kita mengenal kepada Allah SWT


“ Hai orang orang yang beriman, Bertaqwalah kepada Allah Dan Carilah jalan yang Mendekatkan diri KepadaNYA, Dan berjihadlah pada jalanNYA, Supaya kamu mendapat keberuntungan “
( Al Maidah  35 )



To be Continue............IHDINAS SHIROTHOL MUSTAQIM



Kamis, 02 Oktober 2014

mencari jati diri


Surat Al fatihah Ayat 5

(5) IYYA  KANA’ BUDU  .....

Kepada Engkaulah Ya Allah kami menyembah dan kepada Engkaulah kami mohon pertolongan


Dalam ayat ini menerangkan  :  Bahwa kita wajib menyembah hanya kepada Allah, Tapi apakah kita sudah Ma’rifat ( Mengenal ) akan Allah  Ta’ala,  Sedangkan didalam orang yang melakukan sembahyang  Harus ada dan wajib akan adanya yang disembah

Kalau seseorang menyembah tidak dengan Ma’rifat yakni, tidak menghadap kepada yang disembahn nya itu berarti tidak Syah,  Adapun pengucapan Iyya kana’budu itu tidak sempurna,  Karena belum dapat disempurnakan oleh orang yang membaca ayat itu, Karena belum Ma’rifat alkan Allah Ta’ala

Sebagai Contoh ;   Saudara Ada dikota jakarta, ingin Bertemu yakni berjumpa dengan orang tua saudara yang berada dibandung,  Apakah cukup saudara berkata  : Saya akan kebandung tuk menghadap orang tua saya,  ( tanpa bergerak menemui nya secara langsung berhadap hadapan )....ini nama nya saudara hanya baru bersyare’at ..( Berucap ) ...saudara belum berjalan ( Bertoriqoh ) tuk berjumpa dengan orang tua saudara

     Dalam hal ini Menghadap nya saudara kepada orang tua tidak syah karena hanya baru berucap  ( Syareat ) dan belum dapat  mendatangi  menghadap, berhadap hadapan dengan orang tua secara langsung dibandung

Tentuya bagimana yang sebenar nya,
Adalah kembali kepada Al Qur’an dan Hadits

·         Ati ‘ulloha wa  ‘atiurrosul
·         Afala ta’kilun

Manusia diberikan kelebihan oleh Allah SWT, yakni akal dan pikiran yang sempurna dan hendaknyalah pergunakan dengan akal pikiran tersebut untuk Hal Hal yang baik, kalau ada yang baik tentu ada yang buruknya Kalau ada yang benar tentu ada yang salah  nya, dan seterus nya

     Demikian juga mengenai penyembahan terhadap Allah SWT, tidak ada bedanya dengan kejadian diatas, yakni baru sekedar berucap tanpa menghadap langsung kepada yang akan kita temui.

Menghadap yang disembah disini tidak lain adalah Allah SWT. Dalam hal ini tidak akan tercapai maksud dan tujuan karena tidak sampai menghadap ( Ma’’rifat ) kepada sebenar benar nya yakni datang dan berhadap hadapan dengan Allah SWT.  Seperti dikatakan didalam kitab Kifayatul Gulam :

LA TASIH HUL ‘IBADAATI  ILLA  MA’RIFATI  MA’BUD

Tidak dapat syah kamu menyembah, melainkan kamu menyembah dengan Ma’rifat ( Mengenal ) akan yang disembah

Oleh karena itu segeralah kita mencari ilmu nya untuk mencapai kesempurnaan ibadah  kita yaitu ilmu Ma’rifat  ( Mengenal Allah ) dengan sebenar benarnya.................


To be Continue .............WA IYYA KA NAS  TA’IIN